Jumat, 21 Desember 2012
3 Nama untuk Ponsel Perdana BlackBerry 10
Jakarta - Seperti diketahui, Research in Motion (RIM) akhirnya akan memperkenalkan BlackBerry 10 ke publik dalam sebuah acara akhir Januari 2013. Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah nama handset BB 10 perdana tersebut?
Awalnya santer terdengar bahwa RIM akan memperkenalkan BlackBerry 10 dari L-Series yang mempunyai nama London. Belakangan ada yang menyebutkan juga, piranti perdana tersebut menggunakan kode 'BlackBerry Z10'.
Dikutip detikINET dari Crackberry, Jumat (21/12/2012), selain itu muncul juga nama lain yang masih mungkin diumumkan saat peluncuran nanti, yakni BlackBerry X10.
Sehingga setidaknya ada 3 nama yang dikantongi untuk diumumkan nanti, yakni L-Series, Z10 dan X10. Bukan tidak mungkin ketiganya diumumkan secara bersamaan.
Memang semuanya masih akan menunggu RIM memperkenalkannya secara perdana pada 30 Januari di New York City. Ini menjadi pertaruhan terakhir vendor berbasis di Kanada itu agar bisa bersaing dengan iOS dan Android.
sumber : http://inet.detik.com/read/2012/12/21/144611/2124619/317/3-nama-untuk-ponsel-perdana-blackberry-10?i991102105
Ini Penyebab Kematian yang Paling Mungkin di Berbagai Negara
Jakarta, Semua orang menginginkan umur panjang, tetapi akan lebih banyak penyakit yang mengancam seseorang selama kehidupan panjangnya. Bahkan ada sebuah studi yang menjabarkan penyakit apa saja yang menjadi ancaman kematian di berbagai belahan dunia.
Global Burden of Diseases (GBD) menerbitkan sebuah dunia yang melibatkan 486 ilmuwan dari 302 lembaga yang meliputi kelompok umur 20 tahun di 21 wilayah dunia. Studi ini juga mempelajari 67 faktor risiko penyakit dan 291 kondisi kesehatan, dengan tujuan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang menjadi penyebab kematian terbesar di suatu wilayah.
Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet dan menjadi potret menarik ketika timbul perbedaan terhadap masalah kesehatan yang terjadi di seluruh dunia.
Meskipun usia harapan hidup meningkat di seluruh dunia, tetapi telah terjadi peningkatan kematian yang disebabkan oleh penyakit kronis dan tidak menular. Sebagai contoh, pembunuh nomor 1 dan nomor 3 dunia adalah penyakit jantung iskemik dan stroke.
Penyakit jantung iskemik, bukan menjadi penyakit yang mengancam masyarakat di negara yang berpenghasilan tinggi, tetapi merupakan pembunuh utama di negara-negara seperti Eropa Tengah, Amerika Latin, Eropa Timur, Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Amerika Utara yang tingkat ekonomi keluarganya rendah.
Kenaikan jumlah kasus kematian akibat penyakit jantung ini telah dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi garam dan gula dalam diet masyarakat di berbagai belahan dunia.
Namun, kematian akibat penyakit menular masih menjadi kekhawatiran di beberapa negara di dunia. Negara-negara di bagian timur dan selatan sub-Sahara Afrika sangat terancam oleh HIV/AIDS yang menjadi pembunuh utama penduduk.
Selain itu, hampir 100 anak yang meninggal setiap satu jamnya akibat penyakit seperti rotavirus, hepatitis B, dan meningitis, yang semuanya dapat dicegah dengan vaksin.
Kematian saat melahirkan yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan kelainan bawaan, juga masih menjadi perhatian serius di dunia kesehatan. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok telah mengalami penurunan di negara-negara maju, tetapi telah meningkat di negara-negara berkembang.
Penyebab kematian nomor satu di Amerika Latin dan Karibia adalah kekerasan interpersonal, meskipun sebagian besar kasus kekerasan tersebut tidak dilaporkan ke media internasional. El Salvador contohnya, negara tersebut memiliki catatan pembunuhan dengan senjata api tertinggi kedua di dunia.
Berbeda dengan negara Karibia, penyebab kematian nomor satu di negara tersebut adalah bencana alam, yang selalu dilanda badai tahunan.
Kabar baiknya adalah angka kematian anak telah mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir ini. Pada tahun 1990, tercatat sebanyak 11,9 juta kematian anak di seluruh dunia, sedangkan 7,7 juta anak meninggal pada tahun 2010.
Data juga menunjukkan bahwa lebih sedikit orang yang meninggal karena masalah yang berkaitan dengan air dan sanitasi. Hal ini berarti masyarakat dunia telah menyadari pentingnya kebersihan lingkungan dan telah melakukan berbagai perbaikan sistem sanitasi.
"Studi global ini dapat memberikan informasi kepada beberapa negara untuk melakukan perubahan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan," kata Alan Lopez, salah satu peneliti utama untuk GBD, seperti dilansir Medical Daily, Kamis (20/12/2012).
sumber :http://health.detik.com/read/2012/12/20/163016/2123715/763/ini-penyebab-kematian-yang-paling-mungkin-di-berbagai-negara?l992202755
Kamis, 06 Desember 2012
Ini Dia Cara Gratis untuk Hidup Sehat
Jakarta, Siapa bilang hidup sehat harus mahal? Tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun alias gratis, Anda juga bisa hidup dengan sehat. Ada beberapa cara gratis yang bisa Anda lakukan agar memiliki kesehatan yang baik.
Berikut cara-cara hidup sehat yang tidak perlu mengeluarkan biaya, seperti dilansir Menshealth, Jumat (7/12/2012):
1. Bersosialisasi
Sebuah studi di Harvard School of Public Health menemukan bahwa pria berusia 70-an tahun yang memiliki hubungan sosial yang baik memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami kerusakan atau penyakit jantung.
2. Menarik napas dalam
Studi dari Health Psychology menemukan bahwa orang dewasa sehat dengan tingkat kebencian atau tidak sabar memiliki fungsi paru-paru yang rendah. Para peneliti berpikir bahwa penurunan nilai tersebut akan terakumulasi secara bertahap selama bertahun-tahun hingga akhirnya merugikan kesehatan.
Untuk mengatasinya, sering-seringlah menarik napas dalam dengan hitungan 10 kali. Hal ini bisa mencegah terjadinya penurunan fungsi paru-paru.
3. Berjemur sinar matahari
Sebuah studi baru-baru ini dipimpin oleh para peneliti dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa pria yang memiliki kadar vitamin D yang rendah dua kali lebih mungkin mengalami serangan jantung.
Dengan mandi atau berjemur matahari di bawah jam 10 pagi atau setelah jam 15 (jam 3 sore) bisa menjadi salah satu cara mencegah penyakit mematikan tersebut.
4. Berhubungan seks yang sehat
Penelitian dari Wilkes University menunjukkan bahwa berhubungan seks sehat sekali atau dua kali seminggu dapat meningkatkan level imunoglobulin A, yaitu sebuah antibodi yang melindungi tubuh terhadap flu dan infeksi lainnya.
5. Tidur yang cukup
Peneliti Stanford menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 8 jam sehari, memiliki indeks massa tubuh atau BMI yang berbanding terbalik dengan durasi tidur. Dengan kata lain, orang dengan waktu tidur pendek lebih cenderung untuk menjadi gemuk.
Tidur dengan waktu singkat juga terkait dengan rendahnya tingkat leptin (hormon yang menekan nafsu makan) dan tingkat ghrelin lebih tinggi (zat kimia yang merangsang nafsu makan). Inilah yang menyebabkan orang yang kurang tidur menjadi lebih banyak makan.
6. Olahraga dan bergerak
Melakukan olahraga yang tidak mengeluarkan biaya seperti jogging atau jalan kaki sudah bisa membuat tubuh Anda sehat dan mencegah menumpuknya lemak dan kalori.
sumber :
http://health.detik.com/read/2012/12/07/112910/2112068/766/ini-dia-cara-gratis-untuk-hidup-sehat?l992205755
Kalimat Sarkastik Bisa Tingkatkan Motivasi Kerja
Jakarta, Sarkasme mungkin kedengarannya negatif karena merupakan kata-kata sindiran atau humor yang dilontarkan dengan maksud menyinggung seseorang. Tetapi sedikit sarkasme yang diterapkan di kantor dapat meningkatkan motivasi dan hasil pekerjaan lebih berkualitas.
Sebuah studi baru menyatakan bahwa ketika seseorang menghadapi sarkasme, dirinya akan lebih mengeluarkan kemampuan terbaiknya yang selama ini terpendam. Berbagai studi juga mendukung penemuan tersebut dan menyarankan bahwa para karyawan harus disiapkan untuk menghadapi kata-kata sarkastik dari atasannya.
Seorang atasan juga harus kreatif agar dirinya tidak menghadapi kondisi yang sama dengan karyawannya. Sehingga hal ini dapat memotivasi seluruh karyawan agar mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Komentar yang sedikit sinis dari atasan atau rekan kerja membuat seseorang lebih bersemangat, bekerja lebih cepat, dan lebih kreatif daripada kondisi kantor yang terlalu santai dan terlalu memperdulikan perasaan masing-masing karyawannya.
Untuk memperkuat efek motivasi sarkasme, peneliti di Ban Ilan University of Israel, meminta 350 mahasiswa teknik untuk membayangkan bahwa dirinya adalah perwakilan suatu perusahaan yang ditugaskan melayani klien. Sekelompok mahasiswa menerima panggilan dari klien dengan nada sarkastis yang sedikit marah.
Kelompok tersebut lebih cepat merespon kemarahan dengan mematikan kekhawatiran dan ingin segera mengakhiri penderitaannya dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki. Pengaruh sarkasme adalah untuk merangsang otak untuk berpikir lebih optimal.
Para peneliti mengatakan bahwa yang orang yang terkena sarkasme memerlukan 'kompleksitas kognitif' yang lebih tinggi, yang merupakan kemampuan untuk memandang sesuatu dari berbagai sudut. Orang yang memiliki kompleksitas tinggi selalu mampu menemukan solusi baru dalam situasi baru yang dihadapinya.
Semakin tinggi tingkat sarkasme, semakin tinggi pula stimulasi yang didapatkan oleh otak dan menghasilkan motivasi dan kreativitas pada tingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini kemudian dilaporkan dalam Journal of Applied Psychology, seperti dilansir onlymyhealth, Jumat (7/12/2012).
Tetapi seseorang yang bekerja dalam lingkungan yang diliputi sarkasme juga harus tahan banting terhadap tekanan agar tidak mudah stres. Bagi orang-orang dengan mental yang kuat, sarkasme baik untuk meningkatkan motivasi dalam bekerja.
sumber:
http://health.detik.com/read/2012/12/07/130004/2112172/763/kalimat-sarkastik-bisa-tingkatkan-motivasi-kerja?l992203755
Selasa, 04 Desember 2012
Proposal
LATAR
BELAKANG
1.2 Latar belakang
Bisnis
waralaba merupakan kegiatan usaha penjualan barang secara retail kepada
masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat sekali
berkembang dan meliputi berbagai jenis bidang usaha. Bisnis waralaba
diperkenalkan pertama kali oleh Isaac Singer seorang pencipta mesin jahit merek
Singer pada tahun 1851 di Amerika Serikat. Pelopor bisnis waralaba terkenal di
Amerika Serikat antara lain adalah :
The
Coca-Cola Corporation di bidang minuman
Mc
Donald's Corporation di bidang makanan
General
Motor Corporation di bidang otomotif
Hilton
Hotel di bidang perhotelan
Computer
Centre Inc. di bidang komputer
Jony King
di bidang pelayanan kebersihan
Di
Indonesia, bisnis penjualan secara retail semacam waralaba mulai dikembangkan,
banyak sekali bermunculan pebisnis-pebisnis lokal yang melirik penjualan barang
atau jasanya secara waralaba, misalnya :
Pertamina
yang mempelopori penjualan retail bensin melalui lisensi pompa bensin.
Ayam
Goreng Wong Solo dan Tahu Tek-Tek, yang memperlopori bisnis waralaba di bidang
makanan
Es Teler
77 yang mempelopori dalam bidang minuman
Primagama
yang mempelopori waralaba dalam bidang jasa pendidikan
Di
Indonesia, sistem bisnis penjualan secara waralaba sangat diminati oleh
pebisnis waralaba asing dimana mereka memberikan izin kepada pengusaha lokal
untuk mengelola waralaba asing tersebut dan tentunya akan berakibat menimbulkan
saingan yang berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di bidang usaha
sejenis.
Begitu
menarik dan menguntungkannya bisnis waralaba ini, maka pemerintah
berkepentingan pula untuk mengembangkan bisnis di Indonesia guna terciptanya
iklim kemitraan usaha melalui pemanfaatan lisensi sistem bisnis waralaba.
Dengan bantuan International Labour Organization (ILO) da Departemen
Perindustrian dan Perdagangan RI, kemudian didirikan Asosiasi Franchise
Indonesia pada tanggal 22 Nopember 1991. Pada tahun 1995 berdiri pula Asosiasi
Restoran Waralaba Indonesia (ARWI) yang mengkhususkan diri di bidang usaha
restoran. Asosiasi ini bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia
bekualitas di bidang usaha restoran waralaba, mengembangkan informasi dan
inovasi teknologi di bidang usaha restoran terutama mengenai teknologi makanan,
peralatan masak, kemasan, kesehatan dan gizi, pengawetan dan manajemen
pelayanan.
Melalui
sistem bisnis waralaba ini, kegiatan usaha para pengusaha kecil di Indonesia
dapat berkembang secara wajar dengan menggunakan resep, teknologi, kemasan,
manajemen pelayanan, merek dagang/ jasa pihak lain dengan membayar sejumlah
royalti berdasarkan lisensi waralaba. Di samping itu pengembangan sumber daya
manusia berkualitas menjadi penting melalui pelatihan keterampilan menjalankan
usaha waralaba yang diselenggarakan oleh pihak pemberi lisensi waralaba. Para
pengusaha kecil tidak perlu bersusah payah menciptakan sendiri sistem bisnis,
sudah cukup dengan menyediakan modal kemitraan usaha, membayar royalti, dengan
memanfaatkan sistem bisnis waralaba asing melalui lisensi bisnis.
Menurut
Douglas J Queen, konsep bisnis waralaba yang sudah teruji kemungkinan besar
mengimbangi biaya awal dan royalti selanjutnya dari waralaba tersebut. Dengan
biaya itu pemilik waralaba biasanya menyediakan pelayanan utama berikut ini :
Pemilihan
dan pengkajian lokasi
Pelatihan
manajemen dan staf
Dukungan
promosi dan iklan
Manfaat
pembelian dan volume
Merek
dagang yang terkenal
Berdasarkan
penyediaan pelayanan tersebut oleh pemilik waralaba, maka pembeli waralaba
mempertimbangkan kemungkinan memperoleh keuntungan bila membeli/ meneriman izin
perolehan waralaba. Dengan kata lain, pemberi waralaba melisensikan waralaba
disertai penyediaan utama yang dapat menguntungkan penerima waralaba. Dengan
semakin menjamurnya bisnis waralaba, pPemerintah memandang perlu untuk
mengetahui legalitas dan bonafiditas usaha Pemberi Waralaba baik dari luar
negeri dan dalam negeri guna menciptakan transparansi informasi usaha yang
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang
dan/atau jasa dengan Waralaba. Disamping itu, Pemerintah dapat memantau dan
menyusun data Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk
itu, Pemberi Waralaba sebelum membuat perjanjian Waralaba dengan Penerima
Waralaba, harus menyampaikan prospektus penawaran Waralaba kepada Pemerintah
dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan
perjanjian Waralaba, Penerima Waralaba harus menyampaikan perjanjian Waralaba
tersebut kepada Pemerintah. Berdasarkan alasan tersebut pemerintah kemudian
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
MASALAH
DAN TUJUAN
1. Bagaimanakah prosedur izin permohonan
perolehan waralaba ?
2. Bagaimanakah permasalahan-permasalahan
yang timbul dengan pemberlakuan PP No. 42 Tahun 2007.
TUJUAN
*
Mengetahui pengertian waralaba dan manfaat waralaba bagi masyarakat.
*
Mengetahui pentingnya cara berwaralaba dengan benar dan prosedur izin
permohonan waralaba.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Menurut
penelitian yang telah saya amati dari ke tiga jurnal,maka dapa disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana profil usaha alfa mart dengan menggunakan analisis SWOT pada saat
ini?. 2. Apa strategi alfa mart dalam mengembangkan usahanya?
C. Tujuan
Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Setelah
mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya
adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mendeskripsikan usaha alfa mart saat ini dengan
menggunakan
analisis SWOT.
2. Untuk
mendeskripsikan strategi alfa mart dalam mengembangkan usahanya.
.
Strengths ( kekuatan )
•
Indomaret telah mengembangkan franchise yang mempunyai tujuan menjadi assets
nasional dalam bentuk jaringan ritail waralaba yang unggul dalam persaingan
nasional.
•
Investasi franchise Indomaret yang ditawarkan sangat kompetitif,bila
dibandingkan dengan Alfamart. Indomaret berkisar antara 300 juta sampai dengan
350 juta,sedangkan Alfamart berkisar antara 300 juta sampai 400 juta.
•
Penempatan lokasi pabrik dan head office di beberapa wilayah yang sudah cukup
strategis.
• Tingkat
upah karyawan yang relatif rendah berkisar 600 ribu rupiah perbulan. Sehingga
mampu menekan biaya operasional serendah mungkin.
•
Pertumbuhan frainchise Indomaret yang terbukti tinggi di setiap tahunnya.
(2002= 192 gerai, 2003= 312 gerai, 2004= 408 gerai)
•
Indomaret adalah salah satu franchise yang bergerak dibidang ritail yang siap
go Internasional.
•
Indomaret mampu menjual barang eceran dengan harga lebuh murah,karena Indomaret
mengambil pasokan barang dari salah satu distributor terbesar produk kebutuhan
sehari-hari yaitu Indomarco.
•
Indomaret merupakan pelopor waralaba bidang ritail di Indonesia. Indomaret
mewaralabakan sejak tahun 1997.
Awalnya
perusahaan Giant sendiri didirikan oleh keluarga Teng sebagai suatu toko
sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari di pinggiran kota Kuala Lumpur
pada tahun 1944. Tujuannya adalah menawarkan beragam produk makanan dengan
harga yang se-ekonomis mungkin. Pada akhirnya berkembanglah bisnis Giant
tersebut sehingga tercipta reputasi yang baik di mata masyarakat.
Dairy
Farm, yang pada akhirnya mengambil alih kepemilikan usaha Giant pada tahun
1999, menemukan bahwa kunci sukses dari berkembangnya bisnis Giant tersebut
yaitu keahliannya dalam menambahkan suatu nilai ke dalam produk yang dibeli
oleh konsumennya secara berkesinambungan. Keahliannya dalam mengelola
prinsip-prinsip utama tersebut pada akhirnya mengubah Giant menjadi merek
nasional dan internasional.
Setelah
perjuangannya selama 6 tahun, seperti mendesain ulang tokonya, memperkenalkan
produk-produk yang bukan makanan di Giant Hypermarket, mengimplementasikan
aturan-aturan standar yang berlaku secara internasional seperti keamanan,
kebersihan, pelatihan secara terstruktur, dan suasana pembelanjaan yang menarik
dan nyaman sebagai tempat tempat pembelanjaan utama dan meningkatkan
efektivitas proses dalam bisnis. Dairy Farm telah menjadikan Giant sebagai
pemimpin pasar (market leader) di sektor retail Malaysia.
TEORI
Pengertian
Waralaba
waralaba
menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPR/Kep/7/1997
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu
waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan
atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menyediakan dan atau penjualan
barang dan jasa.
Pengertian
waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, (Revisi atas PP No.
16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran
Usaha Waralaba), wara laba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
Definisi
waralaba secara umum dapat diartikan sebagai pengaturan bisnis yang memiliki
perusahaan (pewaralaba ataufranchisor) memberi/menjual hak kepada pihak pembeli
atau penerima hak (terwaralaba atau franchisee) untul menjual produk dan atau
jasa perusahaan pewaralaba tersebut dengan peraturan dan syarat-syarat lain
yang telah ditetapkan oleh pewaralaba.
Definisi
waralaba lainnya adalah suatu strategi sistem, format bisnis, dan pemasaraan
yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan usaha untuk mengemas suatu produk
atau jasa. Waralaba juga dapat pula diartikan sebagai suatu usaha yang
bertujuan untuk memenuhi keinginnan atau kebutuhan konsumen yang lebih luas.
Franchising
adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak,
dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran
yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga usaha waralaba
harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari pewaralaba.
Beberapa
terminologi berkaitan dengan usaha waralaba:
1. Franchise Contract adalah perjanjian hukum
antara pewaralaba dengan terwaralaba
2. Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur
dalam perjanjian waralaba.
3. Franchisee (terwaralaba) adalah pihak yang
mendapatkan hak untuk menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi
berdasarkan perjanjian dengan pewaralaba.
4. Franchisor (pewaralaba) adalah pihak yang
memiliki bisnis dan penjual hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah
pihak didalam kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan
syarat-syarat yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat.
2.2 Dampak
Waralaba
Waralaba
asing semakin banyak yang melirik Indonesia. Sebagai konsultan franchise, apa
pandangan saya melihat fenomena maraknya waralaba asing yang masuk ke
Indonesia? Tetapi mungkin perlu dicermati dulu, apakah memang benar marak
waralaba asing yang masuk ke Indonesia? ataukah sebenarnya di Indonesia masih
terlalu “kurang internasional” karena masih kurang banyak franchise asing di
Indonesia? Misalnya saja, di Indonesia masih belum ada Jack in the Box, belum
ada Hardee’s, belum ada Long john silver, belum ada Subway, belum ada Tesco, belum
ada Disneyland, Universal Studio dan lainnya yang dinegara tetanggapun sudah
lama beroperasi.
Ternyata kalau dicermati, sebagai negara
sebesar ini, waralaba asing di Indonesia masih lebih sedikit dibandingkan
franchise asing di negara-negara lain. Tetapi franchise lokal kita sudah cukup
banyak berkembang (walau belum semua memiliki STPW – surat tanda pendaftaran
waralaba).
Apa
dampaknya franchise asing buat kita di Indonesia (baik untuk pengusaha dan
untuk perkembangan ekonominya)? Sebagai konsultan franchise yang berkecimpung
lebih dari 15 tahun dibidang waralaba/franchising, saya masih meyakini bahwa
franchising adalah sistem bisnis yang paling efektif dan berdampak positif bagi
bisnis dan perekonomian. Sekalipun ada konsekwensi-konsekwensinya disetiap
pilihan, tetapi masih dalam hal-hal yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan
(justified).
Franchise
asing di Indonesia pada implementasinya adalah dengan menggunakan kerjasama
penunjukan Master Franchisee atau Area Development Franchisee, artinya ada pihak
yang menjalin kerjasama dengan pemilik bisnis di negara asing (Franchisor)
untuk membuka, MEMILIKI, dan mengoperasikan bisnis dengan merek dan sistem
usaha Franchisor di Indonesia. Jadi siapakah pemilik perusahaan franchise asing
di Indonesia yang menjadi Master Franchisee atau Area Development Franchisee
tersebut? ya tentunya Orang Indonesia juga. Jadi tidak betul jika ada kata-kata
bahwa “kita akan dijajah franchise asing..”. Karena pemilik franchise asing itu
di Indonesia adalah Orang Indonesia juga.
Memang
tentunya ada konsekwensi bahwa, sebagai franchisee (penerima waralaba) wajib
membayar royalty fee kepada franchisor. Tetapi hal itu adalah hal yang wajar
dalam kerjasama franchise.
Apa dampaknya usaha Franchise Asing di
Indonesia?
1. Usaha waralaba asing di Indonesia pasti
memberikan wawasan kepada pengusaha di Indonesia mengenai business model yang
berwacana gobal. Edukasi yang sangat baik bagi wawasan bisnis lokal kita.
2. Franchise asing yang sistem bisnisnya
sudah lebih siap, akan memberikan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi dan
dampaknya akan memberikan perputaran penjualan (tentunya ekonomi) yang lebih
baik buat perputaran ekonomi di Indonesia.
3. Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja
juga akan jauh lebih maju.
4. Dampak pembelajaran terhadap teknis
industri juga sangat baik untuk diteruskan pada kegiatan alih teknologi.
5. Dampak terhadap perdagangan kepada para
suplier lokal akan lebih memberikan gairah lagi, yang nantinya membuat para
suplier menjadi suplier berkelas global internasional. Bayangkan reputasi
suplier lokal yang mempunyai track record sukses bekerjasama dengan merek
internasional.
6. Maraknya franchise asing atau usaha
multinational di Indonesia memberikan kesan bahwa negara Indonesia merupakan
bagian dari negara maju. Hal ini akan meninggalkan kesan bahwa Indonesia adalah
negara terkebelakang. Dan semakin banyak merek asing di Indonesia (ingat!:
bahwa pemilik bisnisnya disini bukan orang asing, tetapi tetap orang lokal),
akan memberikan kepercayaan bagi para investor asing untuk menanamkan modal di
Indonesia. Dampaknya adalah kemajuan ekonomi Indonesia!
Rekan
saya, ibu Evi Diah konsultan franchise yang juga adalah Sekjen Perhimpunan
Waralaba dan Lisensi Indonesia, memberikan ilustrasi bahwa sebelum SPBU di
Indonesia ada pemain asing, wajah SPBU Pertamina masih sangat sederhana. Tetapi
sejak ada pemain SPBU asing, maka SPBU Pertamina kita berubah menjadi jauh
lebih baik dari sebelumnya, baik tampilannya maupun pelayanannya.
Pemerintah
Malaysia, melalui anak perusahaannya aktif berusaha membeli usaha franchise
asing agar dapat memberikan kesempatan berusaha yang lebih baik bagi masyarakat
di Malaysia. Mengapa di media Indonesia kelihatan sangat berkeberatan jika ada
franchise asing berusaha menawarkan bisnisnya di Indonesia? Seolah-olah
Indonesia diserbu franchise asing?
Lihat
catatan kita kebelakang, bahwa setiap ada waralaba asing masuk ke Indonesia
maka waralaba lokal kita akan lebih tumbuh berkembang. Belum lagi sikap pemain
lokal kita yang menjiplak konsep waralaba asing, paling tidak memberikan ide
berbisnis yang lebih baik.
So, be friendly and keep positive thinking..
Should we?
PENELITIAN
TEDAHULU
1. Usaha waralaba asing di Indonesia pasti
memberikan wawasan kepada pengusaha di Indonesia mengenai business model yang
berwacana gobal. Edukasi yang sangat baik bagi wawasan bisnis lokal kita.
2. Franchise asing yang sistem bisnisnya
sudah lebih siap, akan memberikan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi dan
dampaknya akan memberikan perputaran penjualan (tentunya ekonomi) yang lebih
baik buat perputaran ekonomi di Indonesia.
3. Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja
juga akan jauh lebih maju.
4. Dampak pembelajaran terhadap teknis
industri juga sangat baik untuk diteruskan pada kegiatan alih teknologi.
5. Dampak terhadap perdagangan kepada para
suplier lokal akan lebih memberikan gairah lagi, yang nantinya membuat para
suplier menjadi suplier berkelas global internasional. Bayangkan reputasi
suplier lokal yang mempunyai track record sukses bekerjasama dengan merek
internasional.
6. Maraknya franchise asing atau usaha
multinational di Indonesia memberikan kesan bahwa negara Indonesia merupakan
bagian dari negara maju
HIPOTESIS
Dari
analisi ke tiga jurnal diatas dan dari hasil kesimpulan ke tiga peneliti
tersebut dapat disimpulkan bahwa ke tiga perusahaan ingin mengembangkan system
waralaba atau francies seluas-luasnya.
METODELOGI
PENELITIAN
3.1 Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah
1
Mengetahui dari dampak banyaknya waralaba di indonesia ini
2.
Mengetahui pengaruh yang akan timbul jika waralaba menguasai pedagang kecil
3.2 Metode
Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kajian wawancara serta kuisioner yang disebarkan
kepada sempel. Metode penelitian ini bertujuan untuk mengambil sempel yang
disebarkan secara acak.
3.4 Waktu
dan Tempat Penelitain
Penelitian menetap kan waktu yang
yang akan dilakukannya penelitian dan menetapkan tempat untuk mengadakan
penelitian
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian ini adalah
Saya,
Kuisioner, dan yang diteliti
3.6 Teknik
Analisis Data
Secara sistematis langkah kerja analisis
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
- Membuat Kuisioner, menyebar
kuisioner, mengumpulkan
- Mengumpulkan data
- Diatur dengan kesamaan jawaban dari
hasil kuisioner
- Interprestasi
- Simpulan
3.7
Kriteria Analisis Data
Kriteria yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut
- Editing
- Coding
- Tabulasi data
- Deskripsi
- Koentitatif
- Interprestasi
- Simpulan
- saran
Sabtu, 01 Desember 2012
BAB V
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis internal faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merumuskan strategi bersaing Giant Botani Square di
kota Bogor adalah:
a. Kekuatan yang dimiliki adalah lokasi strategis, harga di
bawah pesaing, SDM yang handal dan solid, memiliki citra yang baik, sistem
seleksi karyawan yang baik, tidak ada masalah dengan permodalan, produk pada divisi
fresh yang sangat lengkap, informasi Teknologi (IT) yang baik.
b. Kelemahan yang terdiri dari: penentuan strategi penjualan
ditentukan dari pusat, penentuan jumlah karyawan harus dari pusat
2. Berdasarkan hasil analisis eksternal faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merumuskan strategi bersaing Giant Botani Square di
kota Bogor adalah:
a. Peluang yang dimiliki adalah perkembangan bisnis eceran,
pola konsumsi masyarakat yang berubah, hubungan baik dengan pemasok, jumlah penduduk
yang terus meningkat
b. Ancaman yang dimiliki adalah kondisi perekonomian tidak
stabil, kenaikan harga BBM, tarif listrik, air dan telepon, pesaing berskala nasional,
menjamurnya bisnis eceran di daerah pemukiman, ancaman produk substitusi
3. Berdasarkan hasil analisis penilaian konsumen terhadap
bauran pemasaran yang telah dilakukan Giant Botani Square bahwa persaingan
usaha ritel sangat ketat, yang dapat diketahui berdasarkan hasil pemetaan pada
skala semantic differensial. Posisi dari setiap usaha ritel hampir sama yaitu
dalam kondisi lebih dari cukup dan di bawah baik. Giant Botani Square memiliki
keunggulan pada atribut kemudahan menjangkau, harga barang, sarana parkir,
kebersihan dan kenyamanan toko.
4. Perumusan dan pemilihan alternatif strategi yang terbaik
untuk menghadapi persaingan bisnis ritel di kota Bogor adalah melalui strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
a. Strategi penetrasi pasar terdiri dari (1) memperluas
target pasar dengan mencari lokasi yang strategis untuk membuka gerai yang
baru, (2)meningkatkan promosi dengan memperbanyak iklan di media terhdap iklan
perusahaan dan produk dan (3) menambah variasi produk dan meningkatkan kualitas
produk khususnya produk pada divisi fresh dengan bekerjasama dengan pemasok.
b. Strategi pengembangan produk terdiri dari
(1) dirikan divisi
Sumberdaya manusia untuk meningkatkan kualitas karyawan yang ada dan unutk mendapatkan
karyawan yang lebih berkualitas,
(2) membuat
perencanaan strategi penjualan jangka pendek, menengah dan panjang yang cocok untuk
internal/gerai,
(3) menambah penerapan strategi harga ganjil atau psikologis
pada produk khususnya produk fresh,
(4) membuka toko dengan ukuran tidak terlalu besar di daerah
pemukiman penduduk/komplek perumahan dan
(5) meningkatkan sistem komputer jaringan antar divisi untuk
pengontrolan pasokan dan persediaan barang agar komunikasi terjalin dengan
baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari kesimpulan yang telah
dilakukan, maka
rumusan strategi untuk Giant Botani Square adalah:
1. Agar perusahaan mencapai posisi tumbuh dan bina maka
perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan terus kekuatan yang dimiliki
untuk melakukan pengembangan usaha sehingga tujuan perusahaan yaitu mencapai
keuntungan yang maksimal dapat tercapai. Salah satu untuk mencapai tujuan
tersebut dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan khususnya yang menyangkut
penentuan strategi penjualan jangka pendek,menengah, jangka panjang dan
penentuan jumlah karyawan harus berkordinasi dengan pusat.
2. Berdasarkan penilaian konsumen kerapihan tenaga
penjualan, pelayanan tenaga penjualan, iklan di media skornya lebih rendah
dibanding dengan pesaing yang lain. Oleh karena itu Giant Botani Square perlu memfokuskan
pada skor atribut rendah tersebut agar kepuasan konsumen berbelanja di Giant
Botani Square semakin meningkat.
3. Saran dari konsumen kepada Giant Botani Square untuk
meningkatkan pelayanan yang sudah ada adalah bekerjasama dengan pemilik Botani Square
untuk membuat peneduh bagi pejalan kaki menuju Botani Square, meningkatkan
kuantitas pertujukan konser-konser.
BAB IV
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Penilaian Konsumen
Analisis penilaian konsumen dilakukan untuk melihat
bagaimana penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran yang dilaksanakan di
Giant Botani Square dan juga pesaingnya. Responden yang dipilih adalah konsumen
Giant Botani Square. Analisis penilaian konsumen ini menggunakan atribut
determinan dalam penilaian toko (Engel, 1995). Atribut-atribut yang digunakan
dalam penilaian konsumen adalah lokasi (kemudahan menjangkau), harga (harga
barang), kualitas (kualitas barang), keanekaragaman barang (macam barang),
tenaga penjualan/customer service (kerapihan; pelayanan), promosi dan iklan
(potongan harga; iklan di media), fasilitas fisik (toilet; sarana parkir; tata
letak barang), suasana (kebersihan; kenyamanan toko) serta pelayanan dan
kepuasan setelah transaksi (tanggapan terhadap keluhan dan saran).
Penilaian konsumen yang dilakukan untuk melihat perbandingan
dari tanggapan para konsumen terhadap persaingan bisnis ritel modern di wilayah
Bogor yaitu Giant Botani Square dengan pesaingnya Ramayana Bogor Trade Mall (BTM)
dan Matahari (Ekalokasari). Perbandingan dari tanggapan para konsumen terhadap
persaingan bisnis ritel modern tersebut digunakan skala semantik diferensial
yang dipetakan dalam snake diagram. Melalui snake diagram ini dapat dilihat
posisi penilaian konsumen terhadap atribut Giant Botani Square, sertadapat
dilihat kondisi persaingan para pesaing utama menurut tanggapan konsumen.
6.1.1 Karakteristik Responden
Responden yang dipilih dan
diwawancara terdiri dari konsumen Giant Botani Square yang sedang berada di
lokasi penelitian Giant Botani Square dan konsumen Giant Botani Square yang
tidak berada di lokasi penelitian Lampiran 4.
Konsumen yang berada di lokasi
penelitian dan di luar lokasi penelitian harus benar-benar pernah berbelanja di
Giant Botani Square dan pernah berbelanja di Ramayana BTM dan Matahari
Ekalokasari. Responden yang dipilih dan diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak
80 orang dengan alasan karena populasi dari sampel tidak diketahui jumlahnya. Penentuan
jumlah responden sebanyak 80 orang dianggap sudah mewakili populasi.
Jenis kelamin responden yang dipilih adalah laki-laki 26
orang dan perempuan 54 orang. Status responden laki-laki adalah 4 orang kepala
keluarga dan 22 orang anak. Dari 4 orang responden yang berstatus kepala
keluarga yang diwawancara beralasan untuk menemani istrinya berbelanja, 22
orang responden berstatus anak yang berkunjung ke Giant Botani square , 1 orang
menemani ibunya berbelanja sedangkan 21 orang lagi berkunjung untuk berbelanja.
Status responden yang berjenis kelamin perempuan adalah 44 orang sebagai ibu
rumah tangga dan 10 orang sebagai anak. Responden yang berstatus ibu rumah
tangga beralasan berkunjung ke Giant Botani Square untuk berbelanja. Latar
belakang pengunjung Giant Botani Square yang dipilih sebagai
responden mempunyai pendidikan terakhir SMP 1 orang, SMA 32
orang, Diploma 24 orang, Sarjana 20 orang dan Pasca Sarjana 3 orang. Penghasilan
keluarga adalah penghasilan yang bersumber dari ayah dan ibu dalam keluarga.
Penghasilan per bulan responden yang paling besar adalah Rp 3.000.000-Rp
5.000.000 sebanyak 40 orang responden atau 50 persen dari total responden.
Responden yang berpenghasilan kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 15 orang yang
berstatus sebagai anak. Responden yang berpenghasilan Rp 1.000.000-Rp 3.000.000
sebanyak 6 orang. Responden yang berpenghasilan Rp 5.000.000-Rp 8.000.000
sebanyak 9 orang. Responden yang berpenghasilan kurang dari Rp 8.000.000
sebanyak 10 orang.
Tabel 9 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Dalam
Keluarga
Jenis kelamin Status dalam keluarga Jumlah (orang)
Laki-laki
Kepala kelurga 4
Anak 22
Jumlah Responde Laki-laki 26
Perempuan
Ibu rumah tangga 44
Anak 10
Jumlah Responde Perempuan 54
Total 80
Sumber: Bagian HRD Giant Botani Square Bogor, 2008. Jumlah kunjungan untuk berbelanja yang
dilakukan responden ke Giant Botani Square adalah 1 kali sebulan. Responden
yang melakukan kunjungan 1 kali sebulan sebanyak 28 orang. Responden yang
berkunjung 2-3 kali seminggu sebanyak 22 orang. Responden yang berkunjung 2
kali seminggu sebanyak 17 orang. Responden yang berkunjung 1 kali seminggu
sebanyak 10 orang, sedangkan yang berkunjung 2 kali sebulan sebanyak 3 orang.
Responden yang berbelanja 1 kali sebulan adalah responden yang berstatus ibu
rumah tangga.
Responden ibu rumah tangga memilih berbelanja 1 kali sebulan
untuk keperluankeluarga dalam 1 bulan. Alasan lain adalah ibu rumah tangga
mempunyai kesibukan di luar rumah sebagai enyumbang pendapatan bagi keluarga. Pengeluaran responden Giant Botani Square
berkisar antara Rp .000.000- Rp 3.000.000 sebanyak 35 orang. Pengeluaran
responden Rp 3.000.000-Rp 5.000.000 sebanyak 20 orang. Pengeluaran Rp
5.000.000-Rp 8.000.000 sebanyak 18 orang. Pengeluaran Rp 1.000.000 sebanyak 17
orang, sedangkan pengeluaran Rp 8.000.000 ke atas tidak ada. Nilai nominal transaksi dalam 1 kali
berbelanja responden berkisar antara Rp 300.000-Rp 500.000 yaitu sebanyak 28
orang. Jumlah transaksi rata-rata 1 kali berbelanja Rp 50.000-Rp 150.000
sebanyak 18 orang. Jumlah transaksi 1 kali berbelanja antara Rp 150.000-Rp
300.000sebanyak 15. Jumlah transaksi 1 kali berbelanja di atas Rp 500.000
sebanyak 11 orang. Jumlah transaksi 1 kali berbelanja kurang dari Rp50.000
sebanyak 8 orang. Responden yang diperoleh berumur 30-40 tahun, yaitu sebanyak
28 orang. Responden yang berumur 20-30 tahun sebanyak 25 orang. Responden yang berumur
40-50 tahun sebanyak 13 orang. Responden yang berumur di atas 50 tahun sebanyak
6 orang. Responden yang berumur kurang dari 20 tahun sebanyak 8 orang. Pekerjaan
dari responden sebagai ibu rumah tangga berjumlah 22 orang. Responden dengan
pekerjaan karyawan swasta sebanyak 16 orang. Responden dengan pekerjaan sebagai
pelajar/mahasiswa sebanyak 15 orang. Responden dengan pekerjaan Pegawai Negri
Sipil (PNS) sebanyak 13 orang. Responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak
12 orang. Responden yang tidak/belum bekerja sebanyak 2 orang.6.1.2 Hasil
Analisis Penilaian Konsumen Metode Analisis data yang digunakan untuk penilaian
konsumen adalah metode brand perceived quality, yaitu penilaian pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas dan keunggulan suatu produk atau jasa yang ada. Dalam
penelitian tersebut digunakan skala semantik differensial yaitu skala untuk
mengukur sikap, yang jawabannya tersusun dalam satu garis yang kontinu, dan
hasilnya dapat dipetakan dalam snake diagram. Metode analisis ini sangat mudah
dilakukan dalam membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan pesaing
lainnya, tetapi metode ini tidak dapat mengetahui secara akurat tingkat
kepentingan yang diinginkan konsumen dan tingkat pelaksanaan yang telah
dilakukan oleh perusahaan menurut penilaian konsumen. Adapun langkah-langkah
metode ini
adalah sebagai berikut:
a) Menentukan atribut yang diukur, yaitu atribut determinan
dalam pemilihan toko (Engel, 1995) antara lain lokasi, sifat dan kualitas
keragaman barang, harga, iklan dan promosi, personal penjualan, pelayanan yang
diberikan, atribut fisik toko, atmosfer toko dan kepuasan setelah transaksi.
b) Menentukan skala yang dipakai, misalnya untuk lokasi
(kemudahan menjangkau). 1 = sangat sulit, 2 = sulit, 3 = cukup, 4 = mudah, 5 =
sangat mudah. Penilaiaan bukan hanya terhadap atribut yang ada di Giant Botani Square
Bogor, melainkan terhadap para pesaing-pesaing utama yaitu Ramayana BTM dan Matahari
Ekalokasari. Pemilihan pesaing didasarkanpada ritel yang sejenis (ritel
modern), kedekatan lokasi dengan pesaing, luas toko penjualan dan jumlah produk
dan item barang yang dijual.
c) Menghitung hasil pengumpulan data dengan mengalikan
jumlah data setiap skala dengan bobot skala. Hasilnya akan diperoleh angka 80
sampai dengan 400, selanjutnya nilai yang diperoleh dimasukkan dalam snake diagram.
Pemetaan hasil kuisioner konsumen yang dilakukan menunjukkan penilaian konsumen
terhadap ritel Giant Botani Square dan ritel pesaing (Ramayana BTM dan Matahari
Ekalokasari). Berdasarkan atribut-atribut yaitu lokasi, harga, kualitas,
keanekaragaman barang, tenaga penjualan, promosi dan iklan, fasilitas fisik,
suasana seta pelayanan setelah transaksi. Persaingan usaha ritel modern yang diteliti
berdasarkan hasil penilaian konsumen cukup ketat. Tingkat persaingan ini dapat
diketehui berdasarkan hasil pemetaan pada skala semantik differensial yang
dimasukkan dalam snake diagram dari jawaban responden. Posisi dari ketiga ritel
secara umum hampir sama berada pada skala 240 sampai 320 yang berarti lebih
dari cukup dan di bawah baik. Giant
Botani Square memiliki keunggulan pada lima atribut/sub atribut, antara lain
adalah harga barang, macam barang, sarana parkir, kebersihan dan kenyamanan
toko. Atribut yang penilaian sama dengan pesaing adalah kualitas barang dan
tata-letak barang. Atribut potongan harga, tanggapan keluhan dan saran dari
Giant lebih rendah dari Matahari Ekalokasari. Atribut dari Ramayana BTM hampir
seluruh nilainya lebih rendah dari Giant dan Matahari. Nilai atribut yang
paling rendah (mencolok) dari Ramayana BTM adalah kamar kecil/toilet yaitu kurang dari cukup.
Penilaian responden terhadap atribut-atribut Giant dan pesaingnya:
a. Lokasi (kemudahan menjangkau) Atribut lokasi ditujukan
pada bagaimana kemudahan menjangkau dari ritel modern yang akan dipilih
konsumen untuk berbelanja. Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa
Giant Botani Square lebih mudah dijangkau dibandingkan pesaingnya. Hasil
pengolahan kuisioner membuktikan bahwa Giant Botani Square lebih strategis
yaitu berada dekat dengan terminal Baranangsiang.
b. Harga barang Harga barang adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang. Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa harga
barang di Giant Botani Square lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya. Hasil
wawancara dengan manajer divisi Grosery bapak Rofy menyebutkan bahwa harga
barang di Giant memang lebih murah, tetapi tidak semua harga barang lebih murah
dari pesaing. Harga barang yang lebih murah umumnya adalah barang untuk kebutuhan
sehari-hari misalnya minyak goreng, sabun, susu bubuk, dan lain-lain
c. Kualitas barang Kualitas barang merupakan kemampuan suatu
produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan,
kemudahan operasi perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Hasil dari
pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa kualitas barang Giant Botani Square dan
pesaingnya memilki
nilai yang sama.
d. Keanekaragaman barang (macam barang) Kenekaragaman barang
adalah banyaknya jenis produk/item barang yang ditawarkan perusahaan kepada
konsumen. Hasil dari pengolahan kuisionermenunjukkan bahwa keanekaragaman
barang Giant Botani Square lebih tinggi nilainya dari pesaingnya. Keanekaragaman
barang yang dimiliki Giant Botani Square antara lain pada divisi fresh
menawarkan berbagai macam jenis ikan segar misalnya: buah-buahan, sayur-syuran,
daging, Fresh fish, Frozen fish, Seafood, Frozen Seafood, Processed Seafood
Live Fish, dan lain-lain.
e. Tenaga penjualan (customer service) Sub atribut tenaga
penjualan/customer service yang dinilai responden adalah kerapihan, pelayanan
dari tenaga penjualan.
· Kerapihan Sub atribut kerapihan yang dinilai adalah
bagaimana cara tenaga penjualan berpakaian, pakaian yang digunakan dan
lain-lain. Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa kerapihan tenaga
penjualan Giant Botani Square lebih rendah dari Ramayana BTM, tetapi lebih
tinggi dari Matahari Ekalokasari.
· Pelayanan Sub atribut pelayanan yang dinilai adalah
bagaimana cara tenaga penjualan
memberikan kepuasan berbelanja melalui jasa yang diberikan. Pelayanan meliputi
kesediaan untuk memberikan informasi produk kepada konsumen, memberikan senyum,
keramahan dan lain-lain. Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa
pelayanan tenaga penjualan Giant Botani Square lebih tinggi dari kedua
pesaingnya.
f. Promosi dan iklan Sub atribut promosi dan iklan yang
dinilai responden adalah potongan harga dan iklan di media.
· Potongan hargaSub atribut potongan harga yang dinilai
adalah strategi potongan harga apa saja yang di buat, banyaknya jenis produk
yang diberikan potongan harga, dan bagaimana konsep dari potongan harga yang
dilaksanakan perusahaan ritel diteliti. Hasil dari pengolahan kuisioner
menunjukkan bahwa potongan harga yang diberikan melalui promosi dan iklan oleh
Giant Botani Square nilainya lebih rendah dari pada Matahari Ekalokasari,
tetapi lebih tinggi dari Ramayana BTM . Potongan harga yang dilakukan oleh
Giant Botani Square adalah memberikan potongan harga untuk produk tertentu dan
memberikan potongan harga kepada pelanggan tetap.
· Iklan di media Sub atribut iklan di media yang dinilai
adalah berapa banyak media yang digunakan untuk promosi dan iklan, kontinuitas
(frekuensi muncul di media), bentuk dari promosi dan iklan di suatu media.
Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa iklan di media Giant Botani
Square nilainya lebih rendah dari kedua pesaingnya. Iklan di media yang
dilakukan oleh Giant meliputi iklan lembaga (Institusi) dan iklan produk. Iklan
produk terdiri dari brosur dan surat selebaran, spanduk, petunjuk jalan, papan
reklame, iklan niaga radio/TV, tas plastik pembungkus dengan logo, Point of
Purchase, poster, surat kabar dan kendaraan box.
g. Fasilitas fisik Sub atribut fasilitas fisik yang dinilai
responden adalah kamar kecil/toilet, sarana parkir dan tata letak barang. ·
Kamar kecil/toiletHasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa kamar kecil/toilet
yang dimiliki Giant Botani Square nilainya sama dengan kamar kecil/toilet yang dimiliki
Matahari Ekalokasari, tetapi nilai dari Ramayana BTM sangat rendah yaitu kurang
dari cukup. Nilai kamar kecil/toilet rendah karena setiap pengunjung atau konsumen
yang berbelanja ke Ramayana BTM dikenakan biaya jika memakai fasilitas kamar
kecil/toilet.
· Sarana parkir Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan
bahwa sarana parkir yang dimiliki Giant Botani Square nilainya lebih tinggi
dibandingkan kedua pesaingnya. Sarana parkir Giant Botani Square sangat luas
dan setiap kendaraan roda empat yang masuk ke lokasi Giant diperiksa terlebih
dahulu oleh petugas loket parkir.
· Tata letak barang Hasil dari pengolahan kuisioner
menunjukkan bahwa tata letak barang yang dimiliki Giant Botani Square nilainya
sama dengan nilai dari pesaingnya.
h. Suasana Sub atribut suasana yang dinilai responden adalah
kebersihan, kenyamanan toko.
· Kebersihan Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan
bahwa kebersihan yang dimiliki Giant Botani Square nilainya lebih tinggi
dibandingkan kedua pesaingnya.
· Kenyamanan tokoHasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan
bahwa kenyamanan toko yang dimiliki Giant Botani Square nilainya lebih tinggi
dibandingkan kedua pesaingnya. Giant Botani Square memperhatikan dan melengkapi
kenyamanan toko melalui pemilihan warna lampu penerangan di setiap toko dan
pemberian musik. Musik yang diperdengarkan di Giant Botani Square umumnya
adalah jingle Giant Botani Square dan musik-musik yang sedang tenar.
i. Pelayanan dan kepuasan setelah transaksi (tanggapan
terhadap keluhan dan saran)
Hasil dari pengolahan kuisioner menunjukkan bahwa tanggapan
terhadap keluhan dan saran yang
dilakukan Giant Botani Square nilainya lebih rendah dari Matahari ekalokasari
tetapi lebih tinggi dari BTM Ramayana. Saran yang diberikan responden kepada
manajemen Giant sangat banyak dan beragam diantaranya pelayanan tenaga
penjualan ditingkatkan, frekuensi konser musik ditingkatkan, area bagi pejalan
kaki yang telah disediakan diberikan peneduh. Hasil dari penilaian responden
berdasarkan kuisioner Lampiran 5 melalui gambar skala semantik differensial dan
snake diagram, dapat disimpulkan bahwa pesaing utama Giant Botani Square di
wilayah Bogor adalah Matahari Ekalokasari. Matahari Ekalokasari dijadikan
sebagai pesaing utama karena nilai dari beberapa atribut dan sub atribut
Matahari Ekalokasari lebih tinggi dari pada Giant Botani Square, tetapi dari
keseluruhan atibut yang dinilai Giant Botani Square memiliki nilai yang paling
tinggi. Nilai atribut Matahari yang lebih tinggi dari Giant Botani Square
adalah pelayanan dan kepuasan setelah transaksi, promosi dan iklan di media,
potongan harga Lampiran 6.
6.2 Analisis Lingkungan
Internal Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau
faktor-faktor yang ada di dalam perusahaan yang merupakan kekuatan dan
kelemahan dariperusahaan tersebut. internal perusahaan meliputi tiga sumberdaya
yang dimiliki perusahaan yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan sumberdaya
pemasaran.
BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui dari dampak banyaknya waralaba di indonesia ini
2. Mengetahui pengaruh yang akan timbul jika waralaba
menguasai pedagang kecil
3.2 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kajian wawancara
serta kuisioner yang disebarkan kepada sempel. Metode penelitian ini bertujuan
untuk mengambil sempel yang disebarkan secara acak.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitain
Penelitian menetap kan waktu yang yang akan dilakukannya penelitian dan
menetapkan tempat untuk mengadakan penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah
Saya, Kuisioner, dan yang diteliti
3.6 Teknik Analisis Data
Secara sistematis langkah kerja analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
- Membuat
Kuisioner, menyebar kuisioner, mengumpulkan
- Mengumpulkan
data
- Diatur
dengan kesamaan jawaban dari hasil kuisioner
- Interprestasi
- Simpulan
3.7 Kriteria Analisis Data
Kriteria yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut
- Editing
- Coding
- Tabulasi
data
- Deskripsi
- Koentitatif
- Interprestasi
- Simpulan
- saran
BAB II
BAB II
TEORI TEORITIS
2.1 Pengertian Waralaba
waralaba menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia No.
259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran
Usaha Waralaba, yaitu waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka
menyediakan dan atau penjualan barang dan jasa.
Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang
waralaba, (Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba), wara laba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
Definisi waralaba secara umum dapat diartikan sebagai
pengaturan bisnis yang memiliki perusahaan (pewaralaba ataufranchisor)
memberi/menjual hak kepada pihak pembeli atau penerima hak (terwaralaba atau
franchisee) untul menjual produk dan atau jasa perusahaan pewaralaba tersebut
dengan peraturan dan syarat-syarat lain yang telah ditetapkan oleh pewaralaba.
Definisi waralaba lainnya adalah suatu strategi sistem,
format bisnis, dan pemasaraan yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan usaha
untuk mengemas suatu produk atau jasa. Waralaba juga dapat pula diartikan
sebagai suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi keinginnan atau kebutuhan
konsumen yang lebih luas.
Franchising adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang
perjanjian dua belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti
sistem pemasaran yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian,
sehingga usaha waralaba harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari
pewaralaba.
Beberapa terminologi berkaitan dengan usaha waralaba:
1. Franchise
Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan terwaralaba
2. Franchise
adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba.
3. Franchisee
(terwaralaba) adalah pihak yang mendapatkan hak untuk menjalankan usaha
waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan perjanjian dengan pewaralaba.
4. Franchisor
(pewaralaba) adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual hak waralaba kepada
terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam kontrak waralaba yang menentukan
sistem untuk diikuti dan syarat-syarat yang disepakati oleh pihak lain yang
terlibat.
2.2 Dampak waralaba
Waralaba asing semakin banyak yang melirik Indonesia. Sebagai
konsultan franchise, apa pandangan saya melihat fenomena maraknya waralaba
asing yang masuk ke Indonesia? Tetapi mungkin perlu dicermati dulu, apakah
memang benar marak waralaba asing yang masuk ke Indonesia? ataukah sebenarnya
di Indonesia masih terlalu “kurang internasional” karena masih kurang banyak
franchise asing di Indonesia? Misalnya saja, di Indonesia masih belum ada Jack
in the Box, belum ada Hardee’s, belum ada Long john silver, belum ada Subway,
belum ada Tesco, belum ada Disneyland, Universal Studio dan lainnya yang
dinegara tetanggapun sudah lama beroperasi.
Ternyata kalau
dicermati, sebagai negara sebesar ini, waralaba asing di Indonesia masih lebih
sedikit dibandingkan franchise asing di negara-negara lain. Tetapi franchise
lokal kita sudah cukup banyak berkembang (walau belum semua memiliki STPW –
surat tanda pendaftaran waralaba).
Apa dampaknya franchise asing buat kita di Indonesia (baik
untuk pengusaha dan untuk perkembangan ekonominya)? Sebagai konsultan franchise
yang berkecimpung lebih dari 15 tahun dibidang waralaba/franchising, saya masih
meyakini bahwa franchising adalah sistem bisnis yang paling efektif dan
berdampak positif bagi bisnis dan perekonomian. Sekalipun ada
konsekwensi-konsekwensinya disetiap pilihan, tetapi masih dalam hal-hal yang
wajar dan dapat dipertanggung jawabkan (justified).
Franchise asing di Indonesia pada implementasinya adalah
dengan menggunakan kerjasama penunjukan Master Franchisee atau Area Development
Franchisee, artinya ada pihak yang menjalin kerjasama dengan pemilik bisnis di
negara asing (Franchisor) untuk membuka, MEMILIKI, dan mengoperasikan bisnis
dengan merek dan sistem usaha Franchisor di Indonesia. Jadi siapakah pemilik
perusahaan franchise asing di Indonesia yang menjadi Master Franchisee atau
Area Development Franchisee tersebut? ya tentunya Orang Indonesia juga. Jadi
tidak betul jika ada kata-kata bahwa “kita akan dijajah franchise asing..”.
Karena pemilik franchise asing itu di Indonesia adalah Orang Indonesia juga.
Memang tentunya ada konsekwensi bahwa, sebagai franchisee
(penerima waralaba) wajib membayar royalty fee kepada franchisor. Tetapi hal
itu adalah hal yang wajar dalam kerjasama franchise.
Apa dampaknya usaha
Franchise Asing di Indonesia?
1. Usaha waralaba
asing di Indonesia pasti memberikan wawasan kepada pengusaha di Indonesia
mengenai business model yang berwacana gobal. Edukasi yang sangat baik bagi
wawasan bisnis lokal kita.
2. Franchise asing
yang sistem bisnisnya sudah lebih siap, akan memberikan tingkat kesuksesan yang
lebih tinggi dan dampaknya akan memberikan perputaran penjualan (tentunya
ekonomi) yang lebih baik buat perputaran ekonomi di Indonesia.
3. Dampak terhadap
penyerapan tenaga kerja juga akan jauh lebih maju.
4. Dampak
pembelajaran terhadap teknis industri juga sangat baik untuk diteruskan pada
kegiatan alih teknologi.
5. Dampak terhadap
perdagangan kepada para suplier lokal akan lebih memberikan gairah lagi, yang
nantinya membuat para suplier menjadi suplier berkelas global internasional.
Bayangkan reputasi suplier lokal yang mempunyai track record sukses bekerjasama
dengan merek internasional.
6. Maraknya
franchise asing atau usaha multinational di Indonesia memberikan kesan bahwa
negara Indonesia merupakan bagian dari negara maju. Hal ini akan meninggalkan
kesan bahwa Indonesia adalah negara terkebelakang. Dan semakin banyak merek
asing di Indonesia (ingat!: bahwa pemilik bisnisnya disini bukan orang asing,
tetapi tetap orang lokal), akan memberikan kepercayaan bagi para investor asing
untuk menanamkan modal di Indonesia. Dampaknya adalah kemajuan ekonomi
Indonesia!
Rekan saya, ibu Evi Diah konsultan franchise yang juga
adalah Sekjen Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, memberikan ilustrasi
bahwa sebelum SPBU di Indonesia ada pemain asing, wajah SPBU Pertamina masih
sangat sederhana. Tetapi sejak ada pemain SPBU asing, maka SPBU Pertamina kita
berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, baik tampilannya maupun
pelayanannya.
Pemerintah Malaysia, melalui anak perusahaannya aktif
berusaha membeli usaha franchise asing agar dapat memberikan kesempatan
berusaha yang lebih baik bagi masyarakat di Malaysia. Mengapa di media
Indonesia kelihatan sangat berkeberatan jika ada franchise asing berusaha
menawarkan bisnisnya di Indonesia? Seolah-olah Indonesia diserbu franchise
asing?
Lihat catatan kita kebelakang, bahwa setiap ada waralaba
asing masuk ke Indonesia maka waralaba lokal kita akan lebih tumbuh berkembang.
Belum lagi sikap pemain lokal kita yang menjiplak konsep waralaba asing, paling
tidak memberikan ide berbisnis yang lebih baik.
So, be friendly and
keep positive thinking.. Should we?
2.3 Keuntungan Waralaba
A. KEUNTUNGAN
1. Franchise memudahkan kita menjadi pengusaha yang otonom
tetapi dia tidak merasa sendiri dalam mengelola bisnisnya. Yang menarik,
tingkat keberhasilan usaha ini relatif lebih besar alias balik modal lebih
cepat dibandingkan dengan memulai usaha sendiri dari nol.
2. Dalam bisnis ini, franchisor (yang telah mem-franchise-kan
usaha) telah mempersiapkan rencana lengkap, mulai dari cara mengatur hingga
menjalankan bisnis bagi franchisee (yang membeli franchise). Jadi, membeli
franchise sama dengan membeli bisnis yang sudah jadi.
3. Sebagai franchisee, Anda akan mendapatkan bimbingan dan
pelatihan (training) dalam menjalankan usaha. Dengan begitu, Anda tak bingung
bagaimana mengelola usaha ini.
4. Risiko bisnis lebih kecil, karena kita belajar dari
pengelamanfranchisor (low learning, low cost, high learning curve). Bahkan kita
bisa meniru kesuksean franchisor dengan bantuan star up yang lebih cepat dan
mudah.
B. KERUGIAN/KELEMAHAN
1. Franchise tidak memiliki pengawasan maksimal atas
bisnisnya, karena bisnis dijalankan dengan system yang telah
diberikanfranchisor. Meskipun begitu, franchisee dapat melakukan audit atas
semua laporan yang diterbitkan sesuai perjanjian. Ketersediaan laporan dan data
bisnis sebaiknya tercantum secara jelas dalam perjanjian.
2. Penggunaan sistem franchise ini juga tidak cukup memberi
ruang bagi franchisee untuk melakukan inovasi bisnis. Beberapa peluang bisnis
yang masih bisa ditempuh harus diusulkan terlebih dahulu kepada franchisor.
3. Biasanya, barang/jasa dan harga sudah ditentukan
franchisor. Tujuannya mempertahankan standar layanan antara semua gerai dalam
jaringan pada suatu area. Di sisi lain, tidak semua gerai dalam jaringan itu
memiliki lingkungan bisnis yang selalu sama. Dalam banyak kasus, franchisee
merasa bahwa barang/jasa dan harga yang ditetapkan tidak terlalu sesuai dengan
gerainya.
4. Sistem Bisnis ini memiliki potensi konflik. Biasanya,
berawal dari salah satu pihak yang dirugikan. Franchisee bisa saka tidak
menerima paket bisnis seperti yang dijanjikan. Di sisi lain, franchisor mungkin
dirugikan karena penyimpangan operasional gerai sehingga mempengaruhi reputasi
mereka. Kunci untuk menghindari konflik terletak pada perjanjian di antara
keduanya.
Untuk mengantisipasi kelemahan dalam mengelolan bisnis
franchisetersebut, Ada baiknya ketika Anda mendapatkan tawaran paketfranchise
yang menarik, Anda perlu memperhatikan beberapa poin berikut ini:
1. Bisnis waralaba tetap memiliki risiko gagal. Jadi,
pelajari ilustrasi bisnis secermat mungkin dan kenali terlebih dulu reputasi
franchisor.
2. Sangat disarankan untuk bertindak sebagai investor murni.
Meski pada prakteknya, franchisor menawarkan sisten yang teruji, keterlibatan
pemilik menjadi kunci sukses bisnis ini. Beberapa franchisor bahkan menawarkan
tingkat keterlibatan investor dalam penawarannya.
3. Bisnis waralaba merupakan investasi jangka panjang,
sehingga Anda tidak boleh menjadikannya sebagai investasi jangka pendek dan
keluar jika tidak menguntungkan. Ingat hampir semua investasi yang dibutuhkan,
harus Anda bayar sebelum bisnis berjalan.
4. Tawaran yang disajikan dalam bentuk ilustrasi, hanyalah
sebuahmarketing instrument dan bukan menjadi dokumen legal yang memiliki
kekuatan hukum
2.4 Hipotesis
Dari analisi ke tiga jurnal diatas dan dari hasil kesimpulan ke tiga peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa ke tiga perusahaan ingin mengembangkan system waralaba atau francies seluas-luasnya.
BAB I
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar
belakang
Bisnis waralaba
merupakan kegiatan usaha penjualan barang secara retail kepada masyarakat luas,
begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat sekali berkembang dan
meliputi berbagai jenis bidang usaha. Bisnis waralaba diperkenalkan pertama
kali oleh Isaac Singer seorang pencipta mesin jahit merek Singer pada tahun
1851 di Amerika Serikat. Pelopor bisnis waralaba terkenal di Amerika Serikat
antara lain adalah :
The Coca-Cola
Corporation di bidang minuman
Mc Donald's
Corporation di bidang makanan
General Motor
Corporation di bidang otomotif
Hilton Hotel di
bidang perhotelan
Computer Centre
Inc. di bidang komputer
Jony King di
bidang pelayanan kebersihan
Di Indonesia,
bisnis penjualan secara retail semacam waralaba mulai dikembangkan, banyak
sekali bermunculan pebisnis-pebisnis lokal yang melirik penjualan barang atau
jasanya secara waralaba, misalnya :
Pertamina yang
mempelopori penjualan retail bensin melalui lisensi pompa bensin.
Ayam Goreng Wong
Solo dan Tahu Tek-Tek, yang memperlopori bisnis waralaba di bidang makanan
Es Teler 77 yang
mempelopori dalam bidang minuman
Primagama yang
mempelopori waralaba dalam bidang jasa pendidikan
Di Indonesia,
sistem bisnis penjualan secara waralaba sangat diminati oleh pebisnis waralaba
asing dimana mereka memberikan izin kepada pengusaha lokal untuk mengelola
waralaba asing tersebut dan tentunya akan berakibat menimbulkan saingan yang
berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di bidang usaha sejenis.
Begitu menarik dan
menguntungkannya bisnis waralaba ini, maka pemerintah berkepentingan pula untuk
mengembangkan bisnis di Indonesia guna terciptanya iklim kemitraan usaha
melalui pemanfaatan lisensi sistem bisnis waralaba. Dengan bantuan
International Labour Organization (ILO) da Departemen Perindustrian dan Perdagangan
RI, kemudian didirikan Asosiasi Franchise Indonesia pada tanggal 22 Nopember
1991. Pada tahun 1995 berdiri pula Asosiasi Restoran Waralaba Indonesia (ARWI)
yang mengkhususkan diri di bidang usaha restoran. Asosiasi ini bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia bekualitas di bidang usaha restoran waralaba,
mengembangkan informasi dan inovasi teknologi di bidang usaha restoran terutama
mengenai teknologi makanan, peralatan masak, kemasan, kesehatan dan gizi,
pengawetan dan manajemen pelayanan.
Melalui sistem
bisnis waralaba ini, kegiatan usaha para pengusaha kecil di Indonesia dapat
berkembang secara wajar dengan menggunakan resep, teknologi, kemasan, manajemen
pelayanan, merek dagang/ jasa pihak lain dengan membayar sejumlah royalti
berdasarkan lisensi waralaba. Di samping itu pengembangan sumber daya manusia
berkualitas menjadi penting melalui pelatihan keterampilan menjalankan usaha
waralaba yang diselenggarakan oleh pihak pemberi lisensi waralaba. Para
pengusaha kecil tidak perlu bersusah payah menciptakan sendiri sistem bisnis,
sudah cukup dengan menyediakan modal kemitraan usaha, membayar royalti, dengan
memanfaatkan sistem bisnis waralaba asing melalui lisensi bisnis.
Menurut Douglas J
Queen, konsep bisnis waralaba yang sudah teruji kemungkinan besar mengimbangi
biaya awal dan royalti selanjutnya dari waralaba tersebut. Dengan biaya itu
pemilik waralaba biasanya menyediakan pelayanan utama berikut ini :
Pemilihan dan
pengkajian lokasi
Pelatihan
manajemen dan staf
Dukungan promosi
dan iklan
Manfaat pembelian
dan volume
Merek dagang yang
terkenal
Berdasarkan
penyediaan pelayanan tersebut oleh pemilik waralaba, maka pembeli waralaba
mempertimbangkan kemungkinan memperoleh keuntungan bila membeli/ meneriman izin
perolehan waralaba. Dengan kata lain, pemberi waralaba melisensikan waralaba
disertai penyediaan utama yang dapat menguntungkan penerima waralaba. Dengan
semakin menjamurnya bisnis waralaba, pPemerintah memandang perlu untuk
mengetahui legalitas dan bonafiditas usaha Pemberi Waralaba baik dari luar
negeri dan dalam negeri guna menciptakan transparansi informasi usaha yang
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang
dan/atau jasa dengan Waralaba. Disamping itu, Pemerintah dapat memantau dan
menyusun data Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk
itu, Pemberi Waralaba sebelum membuat perjanjian Waralaba dengan Penerima
Waralaba, harus menyampaikan prospektus penawaran Waralaba kepada Pemerintah
dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan
perjanjian Waralaba, Penerima Waralaba harus menyampaikan perjanjian Waralaba
tersebut kepada Pemerintah. Berdasarkan alasan tersebut pemerintah kemudian
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
B. Permasalahan
1.
Bagaimanakah prosedur izin permohonan perolehan waralaba ?
2.
Bagaimanakah permasalahan-permasalahan yang timbul dengan pemberlakuan PP No.
42 Tahun 2007.
1.3.Tujuan
- Mengetahui pengertian waralaba dan manfaat waralaba bagi masyarakat.
- Mengetahui pentingnya cara berwaralaba dengan benar dan prosedur izin permohonan waralaba.
1.4 Kerangka Pemikiran
Menurut penelitian yang telah saya amati dari ke tiga jurnal,maka dapa disimpulkan sebagai berikut :
1. Bagaimana profil usaha alfa mart dengan menggunakan
analisis SWOT pada saat ini?. 2. Apa strategi alfa mart dalam mengembangkan
usahanya?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan usaha alfa mart saat ini dengan
menggunakan analisis SWOT.
2. Untuk mendeskripsikan strategi alfa mart dalam
mengembangkan usahanya.
. Strengths ( kekuatan )
· Indomaret telah mengembangkan franchise yang mempunyai
tujuan menjadi assets nasional dalam bentuk jaringan ritail waralaba yang
unggul dalam persaingan nasional.
· Investasi franchise Indomaret yang ditawarkan sangat
kompetitif,bila dibandingkan dengan Alfamart. Indomaret berkisar antara 300
juta sampai dengan 350 juta,sedangkan Alfamart berkisar antara 300 juta sampai
400 juta.
· Penempatan lokasi pabrik dan head office di beberapa
wilayah yang sudah cukup strategis.
· Tingkat upah karyawan yang relatif rendah berkisar 600
ribu rupiah perbulan. Sehingga mampu menekan biaya operasional serendah
mungkin.
· Pertumbuhan frainchise Indomaret yang terbukti tinggi di
setiap tahunnya. (2002= 192 gerai, 2003= 312 gerai, 2004= 408 gerai)
· Indomaret adalah salah satu franchise yang bergerak
dibidang ritail yang siap go Internasional.
· Indomaret mampu menjual barang eceran dengan harga lebuh
murah,karena Indomaret mengambil pasokan barang dari salah satu distributor
terbesar produk kebutuhan sehari-hari yaitu Indomarco.
· Indomaret merupakan pelopor waralaba bidang ritail di
Indonesia. Indomaret mewaralabakan sejak tahun 1997.
Awalnya perusahaan Giant sendiri didirikan oleh keluarga
Teng sebagai suatu toko sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari di
pinggiran kota Kuala Lumpur pada tahun 1944. Tujuannya adalah menawarkan
beragam produk makanan dengan harga yang se-ekonomis mungkin. Pada akhirnya
berkembanglah bisnis Giant tersebut sehingga tercipta reputasi yang baik di
mata masyarakat.
Dairy Farm, yang pada akhirnya mengambil alih kepemilikan
usaha Giant pada tahun 1999, menemukan bahwa kunci sukses dari berkembangnya
bisnis Giant tersebut yaitu keahliannya dalam menambahkan suatu nilai ke dalam
produk yang dibeli oleh konsumennya secara berkesinambungan. Keahliannya dalam
mengelola prinsip-prinsip utama tersebut pada akhirnya mengubah Giant menjadi
merek nasional dan internasional.
Setelah perjuangannya selama 6 tahun, seperti mendesain
ulang tokonya, memperkenalkan produk-produk yang bukan makanan di Giant
Hypermarket, mengimplementasikan aturan-aturan standar yang berlaku secara
internasional seperti keamanan, kebersihan, pelatihan secara terstruktur, dan
suasana pembelanjaan yang menarik dan nyaman sebagai tempat tempat pembelanjaan
utama dan meningkatkan efektivitas proses dalam bisnis. Dairy Farm telah
menjadikan Giant sebagai pemimpin pasar (market leader) di sektor retail
Malaysia.
TEMA : WARALABA
"MENINGKATNYA WARALABA DI INDONESIA"
"MENINGKATNYA WARALABA DI INDONESIA"
waralaba menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menyediakan dan atau penjualan barang dan jasa.
Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, (Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba), wara laba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Definisi waralaba secara umum dapat diartikan sebagai pengaturan bisnis yang memiliki perusahaan (pewaralaba ataufranchisor) memberi/menjual hak kepada pihak pembeli atau penerima hak (terwaralaba atau franchisee) untul menjual produk dan atau jasa perusahaan pewaralaba tersebut dengan peraturan dan syarat-syarat lain yang telah ditetapkan oleh pewaralaba.
Definisi waralaba lainnya adalah suatu strategi sistem, format bisnis, dan pemasaraan yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan usaha untuk mengemas suatu produk atau jasa. Waralaba juga dapat pula diartikan sebagai suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi keinginnan atau kebutuhan konsumen yang lebih luas.
Franchising adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga usaha waralaba harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari pewaralaba.
Beberapa terminologi berkaitan dengan usaha waralaba:
- Franchise Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan terwaralaba
- Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba.
- Franchisee (terwaralaba) adalah pihak yang mendapatkan hak untuk menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan perjanjian dengan pewaralaba.
- Franchisor (pewaralaba) adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan syarat-syarat yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat.
Analisis 3
ANALISIS 3
TEMA : Waralaba
JUDUL : Analisis Kelayakan Pembukaan Cabang Supermarket
1.2 Latar belakang
Giant Hypermarket adalah supermarket dengan konsep
franchise (waralaba) yang terdapat di negara Malaysia, Singapur, Brunei
Darussalam, UAE dan Indonesia. Perusahaan Giant adalah perusahaan yang dikelola
di bawah perusahaan Dairy Farm International Holdings (DFI).Awalnya perusahaan Giant sendiri didirikan oleh keluarga Teng sebagai suatu toko sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari di pinggiran kota Kuala Lumpur pada tahun 1944. Tujuannya adalah menawarkan beragam produk makanan dengan harga yang se-ekonomis mungkin. Pada akhirnya berkembanglah bisnis Giant tersebut sehingga tercipta reputasi yang baik di mata masyarakat.
Dairy Farm, yang pada akhirnya mengambil alih kepemilikan usaha Giant pada tahun 1999, menemukan bahwa kunci sukses dari berkembangnya bisnis Giant tersebut yaitu keahliannya dalam menambahkan suatu nilai ke dalam produk yang dibeli oleh konsumennya secara berkesinambungan. Keahliannya dalam mengelola prinsip-prinsip utama tersebut pada akhirnya mengubah Giant menjadi merek nasional dan internasional.
Setelah perjuangannya selama 6 tahun, seperti mendesain ulang tokonya, memperkenalkan produk-produk yang bukan makanan di Giant Hypermarket, mengimplementasikan aturan-aturan standar yang berlaku secara internasional seperti keamanan, kebersihan, pelatihan secara terstruktur, dan suasana pembelanjaan yang menarik dan nyaman sebagai tempat tempat pembelanjaan utama dan meningkatkan efektivitas proses dalam bisnis. Dairy Farm telah menjadikan Giant sebagai pemimpin pasar (market leader) di sektor retail Malaysia.
Pada tahun 1999, Giant Hypermarket store untuk pertama kalinya dibuka di Shah Alam, Selangor. Pada tahun 2006, perusahaan tersebut mengalami perkembangan yang sangat signifikan dimana perusahaan tersebut telah membuka 86 hypermarket/ supermarket di Malaysia dengan luas outlet yang bervariasi, seperti hypermarket yang terdapat di Shah Alam dengan luas sekitar 350.000m2 hingga supermarket di Bangsar, Kuala Lumpur yaitu dengan luas area 11.000 m2. Selain di Malaysia, Giant juga membuka 6 store di Singapur dan 17 hypermarket di Indonesia. Giant hypermarket menawarkan berbagai pilihan produk lokal, seperti buah segar hasil produksi lokal, sayuran, dan aneka makanan laut yang terdapat di kawasan “wet market”.